BAB III
PEMBAHASAN
A. Komponen
Pembelajaran
1. Pengertian
Komponen Pembelajaran
Pembelajaran diambil dari terjemahan kata
"Instructional". Seringkali orang membedakan kata pembelajaran ini
dengan "pengajaran", akan tetapi tidak jarang pula orang memberikan
pengertian yang sama untuk kedua kata tersebut.
Menurut Arief S. Sadiman, kata pembelajaran dan kata pengajaran
dapat dibedakan pengertiannya. Kalau kata pengajaran hanya ada di dalam konteks
guru-murid di kelas formal, sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada dalam
konteks guru-murid di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar
mengajar yang tak dihadiri oleh guru secara fisik di dalam kata pembelajaran
ditekankan pada kegiatan belajar siswa melalui usaha-usaha yang terencana dalam
memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar. Dengan definisi
seperti ini, kata pengajaran lingkupnya lebih sempit dibanding kata
pembelajaran. Di pihak lain ada yang berpandangan bahwa kata pembelajaran dan
kata pengajaran pada hakekatnya sama, yaitu suatu proses interaksi antara guru
dan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan (Cepi Riana, 2009).
Kedua pandangan tersebut dapat digunakan, yang terpenting adalah
interaksi yang terjadi antara guru dan siswa itu harus adil, yakni adanya
komunikasi yang timbal balik di antara keduanya, baik secara langsung maupun tidak
langsung atau melalui media. Siswa jangan selalu dianggap sebagai subjek
belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang, minat, dan
kebutuhan, serta kemampuan yang berbeda. Peranan guru tidak hanya terbatas
sebagai pengajar (penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing,
pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi
kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wikipedia,
2010).
Setelah guru mempelajari kurikulum yang berlaku, selanjutnya
membuat suatu desain pembelajaran dengan mempertimbangkan kemampuan awal siswa
(entering behavior), tujuan
yang hendak dicapai, teori belajar dan pembelajaran, karakteristik bahan yang
akan diajarkan, metode dan media atau sumber belajar yang akan digunakan, dan
unsur-unsur lainnya sebagai penunjang. Setelah desain dibuat, kemudian KBM atau
pembelajaran dilakukan. Dalam hal ini ada dua kegiatan utama, yaitu guru
bertindak mengajar dan siswa bertindak belajar. Kedua kegiatan tersebut berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya implementasi
pembelajaran itu akan menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil ini akan
memberikan dampak bagi guru dan siswa (Sudrajat, 2009).
Bagi guru sebagai dampak pembelajaran (instructional effect)
berupa hasil yang dapat diukur sebagai data hasil belajar siswa (angka/nilai)
dan berupa masukan bagi pengembangan pembelajaran selanjutnya. Sedangkan bagi
siswa sebagai dampak pengiring (nurturent effect) berupa terapan pengetahuan
dan atau kemampuan di bidang lain sebagai suatu transfer belajar yang akan
membantu perkembangan mereka mencapai keutuhan dan kemandirian. Jadi, ciri
utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. lnteraksi yang
terjadi antara si belajar dengan lingkungan belajarnya, baik itu dengan guru,
teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan atau sumber-sumber belajar yang
lain. Sedangkan ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan
komponen-komponen pembelajaran itu sendiri (Wikipedia, 2010).
2. Macam-Macam
Komponen Pembelajaran
Berdasarkan rumusan komponen strategi pembelajaran yang
dikemukakan ahli secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi:
1.
Komponen
pertama yaitu urutan kegiatan pembelajaran
Mengurutkan kegiatan
pembelajaran dapat memudahkan guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajarnya, guru
dapat mengetahui bagaimana ia harus memulainya, menyajikannya dan menutup
pelajaran.
v Sub komponen pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam
pembelajaran
Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memberikan
motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian siswa agar siswa bisa mempersiapkan
dirinya untuk menerima pelajaran dan juga mengetahui kemampuan siswa atau apa
yang telah dikuasai siwa sebelumnya dan berkaitan dengan materi pelajaran yang
akan disampaikan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah memberikan
gambaran singkat tentang isi pelajaran, penjelasan relevansi isis pelajaran
baru, dan penjelasan tentang tujuan pembelajaran.
v Sub komponen penyajian, kegiatan ini merupakan inti dari kegiatan belajar
mengajar
Dalam kegiatan ini peserta didik akan ditanamkan pengetahuan baru
dan pengetahuan yang telah dimiliki dikembangkan pada tahap ini. Tahap-tahapnya
adalah menguraikan materi pelajaran, memberikan contoh dan memberikan latihan
yang disesuaikan dengan materi pelajaran.
v Sub komponen penutup, merupakan kegiatan akhir dalam urutan
kegiatan pembelajaran
Dilaksanakan untuk memberikan penegasan atau kesimpulan dan
penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan.
2.
Komponen
kedua yaitu metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah
cara yang digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengajar atau guru harus
dapat memilih metode yang tepat yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode pembelajaran mungkin dapat dikatakan
tepat untuk suatu pelajaran tetapi belum tentu tepat untuk pelajaran yang
lainnya, untuk itu guru haruslah pandai dalam memilih dan menggunakan metode-metode
pembelajaran mana yang akan digunakan dan disesuaikan dengan materi yang akan
diberikan dan karakteristik siswa.
Berikut beberapa macam
metode pembelajaran, yaitu:
a.
Metode
ceramah
b.
Metode
demonstrasi
c.
Metode diskusi
d.
Metode
problem solving
e.
Metode studi
mandiri
f.
Metode
pembelajaran terprogram
g.
Metode
discovery
h.
Metode
simulasi
i.
Metode
studi kasus
j.
Metode
praktikum
k.
Metode
bermain peran
3.
Komponen
ketiga yaitu media yang digunakan
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi. Media dapat berbentuk orang/guru, alat-alat
elektronik, media cetak, dsb.
Hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam memilih media adalah :
ü Ketepatan dengan tujuan pembelajaran
ü Dukungan terhadap isi pembelajaran
ü Kemudahan memperoleh media
ü Keterampilan guru dalam menggunakannya
ü Ketersediaan waktu menggunakannya
ü Sesuai dengan taraf berfikir siswa
4.
Komponen
keempat yaitu waktu tatap muka
Pengajar harus tahu alokasi
waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan
pengajar dalam menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses
pembelajaran berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
5.
Komponen
kelima yaitu pengelolaan kelas
Kelas adalah ruangan belajar
(lingkungan fisik) dan lingkungan sosio-emosional. Lingkungan fisik meliputi:
ruangan kelas, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana atau
alat-alat lain, dan ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan
sosio-emosional meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru,
pembinaan hubungan baik, dsb. Pengelolaan kelas menyiapkan kondisi yang optimal
agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar.
Macam-macam komponen
pembelajaran dilihat dari segi kontekstual (CTL) adalah sebagai berikut :
a.
Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan
landasan berfikir pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun
oleh manusia didalam dirinya sedikit demi sedikit, yang hasilnya dapat
diperluas melalui konteks yang terbatas.
Konstruktivisme, meliputi,
(a) Membangun pemahaman me-reka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada
pengetahuan awal, (b) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan. Kontruktivisme merupakan landasan
berpikir kontekstual atau CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya
sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar
mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang
dilandasi oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.
b.
Inquiry
(pencarian)
Merupakan siklus proses
dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi,
bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus
inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis
data, kemudian disimpulkan.
c.
Questioning
(bertanya)
Bertanya merupakan awal dari pengetahuan yang dimiliki
seseorang. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiriy, yaitu untuk menggali
informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan pada
aspek yang belum diketahui.
Dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik
oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru
digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis
dan mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan.
Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa,
siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.
Questioning (bertanya), meliputi : (a) Kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa, (b) Bagi siswa yang
merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry. Pengetahuan
yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya.
d. Learning Community (masyarakat belajar)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh
dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’
antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau.
Masyarakat belajar
tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat
dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Aktivitas belajar secara kelompok
dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk
berhubungan dengan orang lain. Hal ini adanya pemahaman siswa terhadap bahan
ajar akan lebih baik jika peserta didik belajar bersama dalam kelompok dan
memecahkan masalah secara bersama pula. Mereka akan saling mengisi dan siswa
yang kurang lebih berani bertanya kepada anggota kelompoknya dan penjelasan
dari temannya dengan bahasa yang sederhana lebih cepat dimengerti. Asumsi ini
diambil agar hasil belajar dapat diperoleh melalui “sharing” antar teman atau
antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu.
e.
Modeling
(pemodelan)
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan,mendemonstrasi
bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru
inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan
satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga
mendatangkan dari luar.
f.
Authentic
Assessment (penilaian yang sebenarnya)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi
gambaran mengenai perkem-bangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis
kontekstual atau CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru
agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus
penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta
penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
g.
Reflection
( Refleksi)
Refleksi merupakan cara
berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang
tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran,
guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa
pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu. Demonstrasi, siswa
diminta menampilkan hasil penugasan kepada orang lain mengenai kompetensi yang
telah mereka kuasai.
Berdasarkan
strategi pembelajaran, komponen-komponen yang menentukan keterlibatan siswa
dalam proses belajar mengajar , meliputi:
Siswa
Siswa adalah inti dari proses belajar mengajar. Hal ini seperti
yang dikemukakan oleh Kemp, ”students are the center of the teaching and
learning process, so they have to be involved in almost all the phrases of the
classroom interaction from planning to evaluation” (Kemp, 1997).
Untuk mendorong keterlibatan
itu sendiri, Brown menekankan pentingnya perhatian pada motivasi belajar siswa.
“The foreign language learner who is intrinsically meeting in needs in learning
the language will positively motivated to learn. When students are motivated to
learn, they usually pay attention, become actively involved in the learning and
direct their energies to the learning task” (Brown,1987).
Guru
Selain siswa, faktor
penting dalam proses belajar mengajar adalah guru. Guru sangat berperan penting
dalam menciptakan kelas yang komunikatif.
Breen dan Candlin dalam Nunan mengatakan bahwa peran guru adalah
sebagai fasilitator dalam proses yang komunikatif, bertindak sebagai
partisipan, dan yang ketiga bertindak sebagai pengamat (Breen dan Candlin,
1989).
Materi
Materi juga merupakan salah
satu factor penentu keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari materi yang
bagus menurut Hutchinson dan Waters adalah:
1.
Adanya teks
yang menarik
2.
Adanya
kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir
siswa
3.
Memberi
kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah
mereka miliki
4.
Materi yang
dikuasai baik oleh siswa maupun guru
Tempat
Ruang kelas adalah tempat
dimana proses belajar mengajar berlangsung. Ukuran kelas dan jumlah siswa akan
berdampak pada penerapan teknik dan metode mengajar yang berbeda. Dalam hal
mendorong dan meningkatkan keterlibatan siswa, guru bertugas menciptakan
suasana yang nyaman di kelas.
Waktu
Alokasi waktu untuk melakukan aktivitas dalam proses belajar
mengajar juga menentukan teknik dan metode yang akan diterapkan oleh guru.
Menurut Burden dan Byrd, kaitannya dengan waktu yang tersedia, guru perlu
melakukan aktivitas yang bervariasi untuk mencapai sasaran pembelajaran serta
mendorong motivasi siswa. Guru harus berperan sebagai pengatur waktu yang baik
untuk memastikan bahwa setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk
terlibat dalam proses pembelajaran (Burden dan Byrd, 1999).
Fasilitas
Fasilitas dibutuhkan untuk
mendukung proses belajar mengajar di kelas. Dalam mencapai tujuan pembelajaran,
guru menggunakan media pembelajaran.
3. Peran
dan Hubungan Masing-Masing Komponen Pembelajaran
Hubungan
buku teks dan komponen pembelajaran, meliputi:
a. Hubungan
buku teks dan kurikulum
Para
guru yang setiap hari berkecimpung dalam dunia pembelajaran akan terasa benar
betapa erat hubungan antara kurikulum dan buku teks. Begitu eratnya, terasa
hubungan itu saling menunjang antara satu dengan yang lain. Ada sebagian
pendapat yang mengatakan bahwa kurikulum lebih dahulu daripada buku teks. Buku
teks dianggap sebagai sarana penunjang bagi kurikulum tersebut. Walaupun
begitu, tidaklah menutup kemungkinan bahwa kurikulum lahir berdasarkan adanya
buku teks yang dianggap relatif baik sehingga perlu disusun programnya secara
bersistem.
Pada
hakikatnya, kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sementara
itu, buku teks adalah sarana belajar yang digunakan di sekolah untuk menunjang
suatu program pembelajaran. Dengan demikian, keberadaan kurikulum dan buku teks
selalu berdekatan dan berkaitan. Atau, dengan perkataan lain, kurikulum itu
ibarat resep masakan dan buku teks adalah bahan-bahan yang dilakukan untuk
mengolah masakan tersebut. Dalam hal ini pengolah atau juru masaknya adalah guru.
Namun demikian, kurikulum itu tidak bersifat menentukan segalanya.
Pada kurikulum KTSP, misalnya, yang pengembangannya dilakukan sepenuhnya oleh
sekolah masih diperlukan penafsiran, penjelasan, perincian, dan pemaduan
terhadap kompetensi, hasil belajar, indikator, dan materi pokok yang tercantum
pada kurikulum itu. Dalam penulisan buku teks, penulis masih perlu menyusun
silabus, menentukan metode pembelajaran, mencari bahan yang sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai, dan menentukan cara penyajian bahan yang sesuai
dengan perkembangan anak. Mengingat keadaan kurikulum demikian itu, makin besarlah
tanggung jawab penulis buku teks untuk menjabarkan kurikulum dalam bentuk
silabus.
b. Hubungan
buku teks dengan tujuan pembelajaran
Untuk
maningkatkan hasil belajar siswa diperlukan penyediaan buku teks yang lengkap
di tangan siswa dan penerapan cara mempelajari buku teks yang baik. Penyediaan
buku teks yang lengkap di tangan siswa dapat dilakukan dengan cara: orang tua
membelikan buku teks yang sesuai dengan kebutuhan anaknya, perpustakaan sekolah
menyediakan buku teks sesuai dengan kebutuhan siswa dan perpustakaan sekolah
memberikan pelayanan sebaik-baiknya terhadap siswa. Peningkatan cara
mempelajari buku teks yang baik dapat dilakukan dengan cara memberikan bimbingan
kepada siswa tentang bagaimana cara mempelajari buku teks dengan baik.
c. Hubungan
buku teks dan siswa
Dengan membaca buku teks, siswa akan dapat terdorong untuk
berpikir dan berbuat yang positif, misalnya memecahkan masalah yang dilontarkan
dalam buku teks, mengadakan pengamatan yang disarankan dalam buku teks, atau
melakukan pelatihan yang diinstruksikan dalam buku teks. Dengan adanya dorongan
yang konstruktif tersebut, maka dorongan atau motif-motif yang tidak baik atau
destruktif akan terkurangi atau terhalangi. Oleh karena itu benar apa yang
dikatakan oleh Musse dkk bahwa pengaruh buku teks terhadap anak bisa
dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) dapat mendorong perkembangan yang baik dan
(2) menghalangi perkembangan yang tidak baik (Musse dkk, 1963).
d. Hubungan
buku teks dan guru
Guru
menggunakan buku teks karena ia memiliki beberapa fungsi. Sheldon mengajukan
tiga alasan utama yang diyakininya mengenai penggunaan buku teks oleh para
guru. Pertama, karena mengembangkan materi ajar sendiri sangat sulit dan berat
bagi guru. Kedua, guru mempunyai waktu yang terbatas untuk mengembangkan materi
baru karena sifat dari profesinya itu. Ketiga, adanya tekanan eksternal yang
menekan banyak guru (Sheldon, 2001).
Ketiga alasan ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan oleh guru dalam memilih buku. Penggunaan buku teks
merupakan cara yang paling efisien karena waktu untuk mempersiapkan bahan ajar
berkurang. Di samping itu, buku menyediakan aktivitas yang sudah siap untuk
dilaksanakan dan membekali siswa dengan contoh konkret.
Alasan lain bagi
penggunaan buku teks ialah karena buku teks merupakan kerangka kerja yang
mengatur dan menjadwalkan waktu kegiatan program pembelajaran. Di mata siswa,
tidak ada buku teks berarti tidak ada tujuan. Tanpa buku teks, siswa mengira
bahwa mereka tidak ditangani secara serius.
Dalam banyak situasi,
buku teks dapat berperan sebagai silabus. Buku teks menyediakan teks dan tugas
pembelajaran yang siap pakai. Buku teks merupakan cara yang paling mudah untuk
menyediakan bahan pembelajaran. Siswa tidak mempunyai fokus yang jelas tanpa
adanya buku teks dan ketergantungan pada guru menjadi tinggi. Bagi guru baru
yang kurang berpengalaman, buku teks berarti keamanan, petunjuk, dan bantuan
(Ansary, 2002).
e. Hubungan
buku teks dan media pembelajaran
Ada tiga jenis media pembelajaran yang biasa dipakai dalam
pembelajaran, yaitu media visual, media audio, dan media audio-visual. Dari
masing-masing jenis media tersebut terdapat berbagai bentuk media yang dapat
dikembangkan dalam kegiatan belajar-mengajar. Media mana yang akan digunakan
tergantung kepada tujuan yang ingin dicapai, sifat bahan ajar, ketersediaan
media tersebut, dan juga kemampuan guru dalam menggunakannya. Konsep media
pembelajaran tidak terbatas hanya kepada peralatan (hardware), tetapi yang
lebih utama yaitu pesan atau informasi (software) yang disajikan melalui
peralatan tersebut. Dengan demikian konsep media pembelajaran itu mengandung
pengertian adanya peralatan dan pesan yang disampaikannya dalam satu kesatuan
yang utuh.
f. Hubungan
buku teks dan strategi pembelajaran
Terkait dengan konsep-konsep pokok strategi pembelajaran, buku
teks hendaknya mampu mengomunikasikan materi dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan berbagai metode pembelajaran agar setiap anak dapat menyerap dan
memahaminya untuk kemudian digunakan pada saat diperlukan. Hal ini hanya dapat
dicapai bila penulis buku teks mengetahui karakteristik siswa yang visual, yang
auditorial maupun yang kinestik.
Buku teks tradisional
yang mementingkan perkembangan intelektual haruslah diubah. Buku teks modern
lebih memperhatikan karakteristik kepribadian anak, baik mengenai segi emosi,
sosial, jasmani maupun segi intelektualnya. Penulis buku teks berusaha dengan
sengaja mengembangkan semua aspek pribadi anak dengan memberikan bahan
pembelajaran yang sesuai dan dengan cara penyampaian yang bervariasi. Hal ini
mengingat bahwa sebenarnya pribadi anak itu tidak dapat dipecah-pecah menjadi
beberapa bagian yang terpisah-pisah. Dalam segala tindakannya manusia itu
bersikap sebagai suatu keseluruhan yang utuh.
4. Fungsi
Masing-Masing Komponen Pembelajaran
Berdasarkan rumusan komponen strategi pembelajaran yang
dikemukakan ahli secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi:
a. Komponen
pertama yaitu urutan kegiatan pembelajaan, fungsinya adalah:
·
memudahkan
guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajarnya
·
memusatkan
perhatian siswa agar siswa bisa mempersiapkan dirinya untuk menerima pelajaran
·
mengetahui
kemampuan siswa atau apa yang telah dikuasai siwa sebelumnya dan berkaitan
dengan materi pelajaran yang akan disampaikan
b. Komponen
kedua yaitu metode pembelajaran, fungsinya adalah:
Dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik mudah
mencapai tujuan pembelajaran.
c. Komponen
ketiga yaitu media yang digunakan, fungsinya adalah:
Mudah dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada siswa dalam
proses pembelajaran.
d. Komponen
keempat yaitu waktu tatap muka, fungsinya adalah:
Memudahkan dalam menyampaikan informasi pembelajaran, sehingga
proses pembelajaran berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
e. Komponen
kelima yaitu pengelolaan kelas, fungsinya adalah:
Dapat menyiapkan kondisi yang optimal
agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar.
Berdasarkan segi kontekstual (CTL),
komponen pembelajaran dikelompokkan menjadi:
1.
Konstruktivisme, fungsinya adalah
:
ü Membangun pemahaman mereka
sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
ü Pembelajaran harus dikemas
menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
ü Siswa belajar sedikit-demi
sedikit dari konteks terbatas.
2.
Inquiry, fungsinya adalah:
ü Siswa belajar menggunakan
keterampilan berpikir kritis
ü Mengembangkan dan menggunakan
keterampilan berpikir kritis
3.
Questioning, fungsinya adalah :
ü Menuntun siswa berpikir
ü Mengecek pemahaman siswa
4.
Masyarakat Belajar, fungsinya adalah :
ü Tukar pengalaman dan berbagi
ide
ü Berbicara dan berbagi
pengalaman dengan orang lain
ü Ada kerjasama untuk
memecahkan masalah
5.
Permodelan, fungsinya adalah :
ü Mendemonstrasikan bagaimana
Anda menginginkan para siswa untuk belajar
ü Melakukan apa yang Anda
inginkan agar siswa melakukan
6.
Authentic Assessment, fungsinya adalah :
ü Mengukur pengetahuan dan
keterampilan siswa
ü Mengukur pengetahuan dan
keterampilan siswa
7.
Refleksi, fungsinya adalah :
ü Menelaah dan merespon
terhadap kejadian, aktivitas, dan pengalaman
Mencatat apa yang telah kita pelajari, bagaimana kita
merasakan ide-ide baruSebelumnya...
Selanjutnya...
0 comments:
Post a Comment