Home » » Smansa stories

Smansa stories

Posted by DEC Development Education and Culture on Wednesday 25 April 2012


Chapter 1
Hari Pertama

            Semester baru telah berganti seiring dengan  pergantian tingkat kelas siswa. Di awali dengan pembersihan sekolah yang bisa dsamakan dengan padang rumput liar yang membuat  siswanya menyerah sebelum bertempur. Namun beberapa senior kelas XI dan XII mengambil jurus jitu mereka yang diturunkan secara turun temurun dari senior-senior mereka sebelumnya yakni menggunakan tenaga bawahan mereka. sebuah sebutan bagi para siswa-siswa baru di sekolah tersebut.


          Seminggu setelah masa penjajahan tersebut yang di pelopori oleh pihak sekolah dan antek-anteknya, upacara senin kembali di mulai. Warga yang turut serta tak lain iyalah mereka yang menyandang status siswa dan siswi di sekolah tersebut. Namun mungkin begitulah sistem pendidikan modern, siswa yang datang hanya berkumpul bah gerombolan anak-anak yang di kepung gerbang sekolah.

          Keesokan harinya, aktifitas sekolah kembali dimulai. Bel keramat yang di ketok oleh pak sutisman, salah satu pegawai di sekolah tersebut. Siswa-siswa pun mulai berkerumun ke kelas mereka masing-masing. Namun sistem telat masih saja menjangkiti tiap-tiap pengajar, mungkin itu sudah mendarah daging sehingga tak dapat dipisahkan dari sistem pendidikan. Di antara siswa-siswi yang datang telat tersebut, Fathir berlari memburu waktu. Berharap agar dirix masih tidak lebih telat dari guru baru yang datangnya entah kapan.

          Sambil terengah-engah, Fathir mulai memasuki kelas barunya. Dia ditempatkan di kelas XI IPA-1 dimana teman trionya ditempatkan. Mungkin sudah menjadi suratan takdir Fathir harus kembali ke kelas barunya bersama teman-temannya setelah sempat di kelas XI IPA-2. Namun mungkin juga itu merupakan rekasaya politik dari pihak sekolah bahwa mereka harus di tempatkan disana.

          Suasana baru telah dirasakan Fathir, mengingat dirinya telah telat selama seminggu semenjak keberangkatannya ke kota Daeng guna membawakan nama sekolahnya ketingkat provinsi. Ke dua teman dekatnya juga telah akrab dengan beberapa teman baru mereka. di kelas itu hanya tersisakan sebuah bangku kosong, tepat di ujung kelas. Mungkin bila diandaikan, dirinya di letakkan di marauke sedangkan pintunya iyalah sabang.

          Setelah meletakkan tas miliknya di atas meja usang nan berdebu, Fathir mulai berjalan ke meja teman trionya yang tepatnya dua bangku di depan bangkunya, dengan sebuah bangku didepan mereka yang melindunginya dari tatapan mematikan dari para pengajar yang duduk searah dengan mereka. entah pengaturan posisi putra yang jumlahnya kurang satu genap sepuluh itu. Sedangkan putrinya terhempas jauh membanjiri kelas tersebut yang jumlahnya cukup untuk menghidupi 3 tahun jika diandaikan mereka sebagai karung beras.

          Tak lama berselang, masuklah seorang pengajar yang mengakhiri masa kebebasan siswa-siswi dikelas tersebut selama beberapa jam kedepan. Sang pengajar tersebut kemudiaan meletakkan tasnya lalu menatap murid-murid didiknya yang baru  bagaikan seekor semut yang bingung menghadapi tumpahan sebungkus gula. Kemudian kelas di mulai dengan perkenalan antara sang pengajar dengan murid-murid di kelas tersebut. Hingga akhir kelas, tak satu pun nama yang dapat Fathir ingat. Mengingat dirinya sendiri tak mampu mengingat dengan baik nama-nama teman serta tetangganya dirumah, bahkan kerabat-kerabat jauh dan dekatnya yang membuat dia sering mendapat teguran dari ibunya. Baginya menghafal nama sama dengan perkalian tingkat magister yang di kalikan dengan nol.

          Sambil tetap bertatapan dengan teman-teman lamanya, dan bermodalkan Ridwan dengan Hasan yang tak lain adalah teman trionya di sekolah, Fathir mencoba mengenal terlebih dahulu kaum-kaum adam yang populasinya lebih sedikit dari pada anak cucu hawa tersebut. Hingga jam peralihan masuk hingga kelas break, nama simpel dari teman barunya masih sulit untuk diingat. Namun ternyata dirinya sedang aneh sehingga hingga jam sekolah berakhir, dirinya telah mengetahui nama-nama yang cukup banyak, terhitung dari siswa dan siswi dikelasnya namun sering tertukar.

Daftar
Terbaru


0 comments:

Popular Posts

Powered by Blogger.

Followers

.comment-content a {display: none;}