DEC_Hi guys, kali ini saya akan sedikit menceritakan mengenai kisah cendikiawan kita dari kerajaan Bone (La Mellong) dalam menghadapi suatu masalah dengan kepala dingin. berikut ceritanya.
Di suatu hari, datang edaran surat ke dala kerajaan mengenai akan diadakannya lomba adu sapi yang digelar hampir tiap musim. lomba ini pun menjadi cerminan kekerabatan antar tiap pemimpin daerah untuk selalu menjaga perdamaiian.
Kali ini tempat perlombaannya di adakan oleh kerajaan Bone sendiri. olehnya itu di pihak kerajaan mulai sibuk mengurusi persiapan untuk perlombaan tersebut. namun pihak kerajaan mulai cemas, mengingat beberapa tahun terakhir, pemenang dari lomba tersebut selalu direbut oleh suku Toraja. beberapa beranggapan bahwa pemenang tahun ini akan kembali pada suku tersebut bila tidak ada rival baru yang muncul.
Dikarenakan kekuatan dari sapi kekar dari suku Toraja ini, maka mulai bertambahlah jumlah taruhan kepadanya. tentu hal tersebut menjadi keuntungan tersendiri dari suku tersebut. sehingga beberapa menilai bahwa kali ini, giliran kerajaan Bone yang akan menanggung malu atas kemenangan dari suku tersebut.
Karena kehabisan akal, menjelang perlombaan, sang raja memamggil La Mellong secara sembunyi-sembunyi dan menitahkannya untuk mencoba memikirkan masalah tersebut. namun terjadi sedikit kesalahpahaman sehingga akhirnya titah tersebut berubah menjadi hukuman. La Mellong di hukum untuk bisa memenangkan perlombaan tersebut.
Sungguh malapetaka bagi dia mengingat bahwa sapi asal Toraja itu sangat kuat dan berbada besar, ia mulai gelisah. di sepanjang jalan pulang dari rumah sang raja, ia melirik tiap-tiap sapi yang ada di jalan dan bersedih dan membayangkan ketika sapi yang ia pilih kalah hanya dengan satu serangan.
Begitu sampai di rumahnya, ia mulai duduk dan bersandar seperti biasa sambil meneguk air dan menatap kelangit yang begitu cerah. lalu langkahnya berlanjut ke pemetangan sawah menuju sawah miliknya. begitu menyebrangi sebuah sungai, dilihatnya seekor anak sapi yang tengah menyusu pada ibunya. awalnya ia hanya memerhatikan begitu uniknya sapi itu menyusu pada induknya, setelahnya ia pun mendapatkan ide.
Langsung saja ia menemui pemilik sapi tersebut dan meminta atas nama sang Raja. karena La Mellong sudah terkenal akan kedekatannya dengan sang raja dan permintaannya demi tanah lahirnya sendiri, maka ia pun merelakannya.
Berikutnya ia pun langsung membuat kandang dan menempatkan sendirian dikandang sempit itu. sang sapi hanya diberi rumput segar yang dicampur sedikit air nan cukup bagi si anak sapi ini. sang anak sapi yang kehausan dan meminta untuk disusui itu mulai mengamuk setelah beberapa 2 hari didalam kandangnya.
Keesokan harinya, dia mendatangi anak sapi itu dan meletakkan pecahan bambu yang tajam ke dekat tanduk anak tersebut yang baru tumbuh. dengan begitu ia pun kembali kerumahnya dan mulai menunggu hari esok.
Keesokan harinya, tamu-tamu dari kerajaan tengah datang dan mulai mengikuti adu sapi tersebut. beberapa sapi mulai tumbang menghadapi ke bringasan sang induk sapi yang kuat itu. sang raja mulai khawatir karena beberapa sapi yang ia bawa semua mulai tumbang. matahari semakin memanas, di lapangan hanya beberapa sapi yang kuat saja yang masih berdiri, beberapa yang lain telah berlari karena ketakutan.
La Mellong pun datang membawa anak sapinya dengan menutup matanya dengan beberapa ikatan. penonton yang mendukung sapi Toraja ini tertawa dan mengatai La Mellong karena membawa anak sapi kedalam lomba adu yang diikuti sapi-sapi dewasa. beberapa pendukung dari kerajaan Bone pun sedikit resah karena tidak tahu akan rencana orang yang datang belakangan itu.
La Mellong pun masuk dan semua penonton tegang, ada juga yang tertawa terbahak-bahak menghinanya. begitu tali pengikat dan penutup kepalanya, sang sapi pun berlari beringas mengejar induk-induk sapi dengan rasa kehausan yang tinggi. penonton semakin tertawa melihat sapi bawaan La Mellong kurus dan kehausan. namun suasana kembali beruba kala tiap-tiap induk sapi yang mengikuti lomba berlari kesakitan karena perut-perut mereka teriris oleh pecahan bambu di tanduk anak sapi tersebut. sehingga terlihat bahwa sang anak sapi mengejar induk-induk sapi yang ketakutan akan anak sapi tersebut.
Akhirnya lomba di menangkan oleh anak sapi tersebut yang berhasil mengalahkan sapi-sapi dimedan laga. sang raja tersenyum melihat keajaiban yang dibawa oleh orang yang paling sering menentang kebijakannya. kembali kerajaan Bone berhasil mengambil juara lomba tersebut.
Itulah kurang lebih kisah La Mellong, cendikiawan kita dimasa lalu. kirimkan komentar Anda bila ada beberapa yang perlu dikomentari dalam penulisan ini. thanks.....
0 comments:
Post a Comment