Home » » Tugas: Transfer Belajar

Tugas: Transfer Belajar

Posted by DEC Development Education and Culture on Sunday, 21 April 2013


TRANSFER BELAJAR
 
A.      PENGERTIAN TRANSFER BELAJAR
Istilah transfer belajar berasal dari bahasa Inggris “transfer of learning” dan berarti : pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari diluar lingkup pendidikan sekolah. Pemindahan atau pengalihan ini menunjuk pada kenyataan, bahwa hasil belajar yang diperoleh, digunakan di suatu bidang atau situasi diluar lingkup bidang studi dimana hasil itu mula-mula diperoleh.

Menurut L.D. Crow dan A. Crow, transfer belajar adalah pemindahan-pemindahan kebiasaan berfikir, perasaan atau pekerjaan, ilmu pengetahuan atau keterampilan, dari suatu keadaan ke keadaan belajar yang lain. Pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai hasi belajar pada masa lalu seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya sekarang. Tranfer dalam belajar yang biasa disebut dengan tranfer belajar (transfer of learning) itu mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari suatu situasi ke situasi berikutnya (Reber: 1988). Kata “pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangnya keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena digantikan dengan keterampilan baru pada masa sekarang. Oleh sebab itu, definisi diatas harus dipahami sebagai pemindahan pengaruh atau pengaruh keterampilan melakukan sesuatu terhadap tercapainya keterampilan melakukan sesuatu lainnya. Setiap pemindahan pengaruh (transfer) seperti yang disebut diatas pada umumnya selalu membawa dampak baik itu positif ataupun negatif terhadap aktifitas dan hasil pembelajaran materi pelajaran lain atau keterampilan lain.
B.       TEORI-TEORI TRANSFER BELAJAR
Secara umum para ahli berpendapat bahwa trasfer dalam belajar itu bisa terjadi, akan tetapi, apa yang sebenarnya hakekat trasfer itu dan bagaimana dalam belajar, Para ahli berbeda pendirian. Yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga teori yaitu:
1.      Teori disiplin formal/ilmu jiwa daya
Bertitik tolak dari anggapan bahwa jiwa manusia terdiri dari berbagai daya seperti daya ingat dan daya pikir, maka mereka beranggapan bahwa transfer belajar hanya dapat terjadi bila “diperkuat” dan “didisiplinkan” dengan latihan-latihan yang keras dan terus menerus. Setelah daya-daya tersebut terlatih maka akan mudah terjadi transfer secara otomatis ke bidang-bidang lain.
2.      Teori elemen identik/ilmu jiwa asosiasi
William James dan Edward Thorndike tidak sependapat dengan pandangan para ahli jiwa daya, kedua tokoh ini lalu mengkritik antara lain sebagai berikut:
§  Daya ingat tidak dapat diperkuat melalui latihan.
§  Pelajaran bahasa Latin misalnya, tidak dapat menaikan IQ.
§  Ilmu-ilmu dalam bidang tertentu (bila ditunjuk dengan istilah Ilmu Jiwa Daya mereka telah terlatih) ternyata lemah dan tidak mampu mengamati dan menganalisis dalam bidang-bidang lain, ini berarti tranfer secara oomatis tidak terjadi. Kemudian kelompok asosiasi ini berpendapat bahwa transfer hanya akan terjadi bila dalam situasi yang baru terdapat unsur-unsur yang sama (identical elements) dengan situasi terdahulu yang telah dipelajari. Misalnya, individu yang telah lihai naik sepeda motor honda, ia tidak akan mengalami kesulitan bila mengendarai motor merk suzuki, karena sepeda motor ini mempunyai banyak unsur yang sama, maka bila sekolah menghendaki terjadinya transfer, bahan-bahan pelajaran harus dan mempunyai unsur-unsur kesamaan dengan kehidupan masyarakat.
3.      Teori Generalisasi
Peletak pandangan ini adalah Charles Judd, ia beranggapan bahwa transfer bisa terjadi bila situasi baru dan situasi lama telah dipelajari mempunyai kesamaan prinsip, pola atau struktur, tidak kesamaan unsur-unsur. Seseorang memahami prinsip demokrasi akan mampu mengamalkan dalam situasi yang berbeda, demikian pula prinsip ekonomi, hukum, pendidikan dan lain-lain. Ketiga teori diatas, sampai sekarang masih menunjukkan kebenaran, kemampuan berfikir logis sistematis, ternyata cukup membantu dibidang-bidang lain (Ilmu Jiwa Daya). Unsur-unsur yang sama atau pola-pola yang mirip bila dipahami betul orangpun tertolong dalam menghadapi situasi yang sama sekali baru (elemen identik dan generasi).
C.       MACAM-MACAM TRANSFER BELAJAR
Pada perkembangan awal, transfer belajar terbagi menjadi dua yaitu transfer positif dan transfer negatif. Dikatakan transfer positif, apabila membawa efek positif terhadap kegiatan belajar selanjutnya, sedangkan dikatakan transfer negatif, jika membawa efek negatif terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Menurut Theory of  Identical Element yang dikembangkan oleh E. L. Thorndike, transfer positif akan terjadi apabila terjadi kesamaan elemen antara materi yang lama dengan materi yang baru. Contoh seorang siswa yang telah menguasai matematika akan mudah mempelajari statistika, seseorang yang telah mampu untuk naik sepeda maka ia akan mudah untuk belajar naik sepeda bermotor. Sedangkan trasfer negatif terjadi ketika keterampilan yang telah dikuasai menjadi penghambat belajar keterampilan lainnya. Contoh seorang yang terbiasa untuk mengetik dengan satu jari, akan mengalami kesulitan ketika harus belajar mengetik dengan sepuluh jari.
Pada perkembangan selanjutnya, Gagne, seorang education psychologist membedakan transfer belajar menjadi empat kategori yaitu:
1. Transfer positif
Transfer positif yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Tranfer ini dapat terjadi jika seorang guru membantu untuk belajar dalam situasi tertentu yang mempermudah siswa belajar dalam situasi lainnya. Dalam konteks ini, Barlow mendefinisikan transfer positif adalah belajar dalam suatu situasi yang dapat membantu belajar dalam situasi-situasi lain.
2. Transfer negatif
Transfer negatif yaitu transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Tranfer ini dapat terjadi jika seorang siswa belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap keterampilan yang dipelajari dalam situasi berikutnya.
3.      Transfer vertikal
Transfer vertikal yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi. Tranfer ini dapat terjadi apabila seorang siswa belajar dalam situasi yang tertentu yang dapat meyebabkan siswa tadi mampu untuk menguasai pengetahuan/keterampilan yang lebih rumit. Contohnya, ketika seorang anak SD belajar mengenai penjumlahan dan pengurangan maka ia akan lebih mudah belajar perkalian di kelas berikutnya.
4.      Transfer lateral
Transfer lateral yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan yang sederajat. Tansfer ini akan terjadi ketika seorang siswa telah mampu menggunakan materi yang dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Contohnya, seorang siawa STM yang telah menguasai teknologi “X” dari sekolahnya akan mudah menggunakan teknologi itu di tempat kerjanya.
D.      FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TRANSFER BELAJAR
Berikut beberapa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya transfer belajar yaitu:
1. Intelegensi
Individu yang lancar dan pandai biasanya segera mampu menganalisa dan dapat melihat hubungan logis, ia segera melihat unsur-unsur yang sama serta pola dasar atau kaidah hukum, sehingga sangat mudah terjadi transfer.
2. Sikap
Meskipun orang mengerti dan memahami sesuatu serta hubungannya dengan yang lain, tetapi pendirian/kecenderungannya menolak/sikap negatif, maka transfer tidak akan terjadi, dan demikian sebaliknya.
3. Materi Pelajaran
Biasanya mata pelajaran yang mempunyai daerah berdekatan akan mudah terjadi transfer. Contohnya: Matematika dengan Statistika, Ilmu Jiwa Daya dengan Sosiologi akan lebih mudah terjadi transfer.
4. Sistem Penyampaian Guru
Pendidik yang senantiasa menunjukkan hubungan antara suatu pelajaran yang sedang dipelajari dengan mata pelajaran yang lain atau dengan menunjuk kehidupan nyata yang dialami anak, biasanya akan mudah terjadi transfer.
E.       NILAI TRANSFER DALAM PRAKTEK KEPENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
Apabila tidak adanya persamaan antara belajar di sekolah dengan pola kehidupan di luar sekolah, berarti tidak akan terjadi transfer. Karenanya sekolah hendaknya mengadakan sejumlah daftar mata pelajaran penting yang isinya senada dengan situasi kehidupan dalam masyarakat yang sifatnya selalu berubah-ubah. Isi kurikulum harus dihubungkan dengan pekerjaan yang dicita-citakan atau harus sejalan dengan kebutuhan kerja. Mata pelajaran yang harus dipelajari bukanlah masalah-masalah yang terpisah dan tidak bermanfaat. melainkan harus mengarah pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang merupakan sesuatu yang fundamental bagi anak untuk kemudian digunakan secara progresif dalam berbagai macam pengalaman kehidupan.
Oleh karena itu, perhatian guru harus ditujukan dengan sungguh-sungguh ke arah kesamaan-kesamaan yang ada antara pengalaman-pengalaman di dalam dan luar sekolah. Pengertian, pemahaman dan generalisasi yang berguna harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dai pekerjaan mengajar. Anak didik harus dibantu untuk mengembangkan titik pandang ke arah kehidupan di luar sekolah, baik untuk dimasa sekarang, maupun untuk masa yang akan datang, sehingga ia dapat menyesuaikan diri terhadap tuntutan hidup yang selalu berkembang.
F.        PERANAN GURU DALAM MENINGKATKAN TRANSFER
Kurikulum sekolah yang telah banyak meyajikan sejumlah mata pelajaran yang untuk dipelajari oleh anak didik, adalah menuntut sejumlah guru yang masing-masing memegang mata pelajaran, sesuai dengan keahliannya agar dengan mudah dan jelas menanamkan pengertian tentang kaidah, prinsip, dalil dalam mata pelajaran tersebut dalam struktur kognitif anak didik, sehingga hasil belajar dalam mata pelajaran itu dapat ditransfer untuk memperoleh pengetahuan/ keterampilan dalam mempelajari mata pelajaran yang lain.
Kesamaan unsur-unsur tententu dalam mata pelajaran tertentu dapat ditransfer secara timbal balik. Agar transfer dalam belajar terjadi, prinsip korelasi mutlak diperlukan jembatan penghubung antara materi pelajaran yang telah dikuasai sebelumnya dalam mata pelajaran yang berbeda.
Pemberian mata pelajaran dengan penjelasan yang lebih mendekati realitas kehidupan sehari-hari, membuat hasil belajar lebih bermakna. Mata pelajaran tidak lagi dianggap terpisah, tetapi merupakan bagian dari kehidupan. Anak didik tidak lagi menganggap mata pelajaran sebagai teori tanpa guna, tetapi dianggap sebagai mata pelajaran yang hasil dari mempelajarinya dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan di luar sekolah.
Guru harus menjelaskan bahwa mata pelajaran yang dipelajari di sekolah akan bernilai guna dalam kehidupan masyarakat. Penguasaan mata pelajaran agama dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT dalam menjalani jembatan kehidupan yang fana. Penjelasan tentang nilai guna mata pelajaran akan meningkatkan transfer dalam belajar. Itulah hasil belajar yang produktif, tepat guna, dan berguna bagi masyarakat dan anak itu sendiri.



SUMBER

Mustaqim. 2004. Psikologi Pendidikan. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. ed. rev. Cetakan keempaat belas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Walgito, Bimo. 1990. Pengantar Psikologi Umum. ed. rev. Cetakan Kedua. Yogyakarta
M. Ngalim purwanto. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya
http://massofa.wordpress.com/2009/01/30/prinsip-prinsip-belajars
http://ridho05.multiply.com/reviews/item/1


0 comments:

Popular Posts

Powered by Blogger.

Followers

.comment-content a {display: none;}