TRANSFER BELAJAR
A. PENGERTIAN
TRANSFER BELAJAR
Istilah transfer belajar berasal dari
bahasa Inggris “transfer of learning” dan berarti : pemindahan atau pengalihan
hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang
lain atau ke kehidupan sehari-hari diluar lingkup pendidikan sekolah.
Pemindahan atau pengalihan ini menunjuk pada kenyataan, bahwa hasil belajar
yang diperoleh, digunakan di suatu bidang atau situasi diluar lingkup bidang
studi dimana hasil itu mula-mula diperoleh.
Menurut L.D. Crow dan A. Crow, transfer
belajar adalah pemindahan-pemindahan kebiasaan berfikir, perasaan atau
pekerjaan, ilmu pengetahuan atau keterampilan, dari suatu keadaan ke keadaan
belajar yang lain. Pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai hasi belajar pada
masa lalu seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya
sekarang. Tranfer dalam belajar yang biasa disebut dengan tranfer belajar
(transfer of learning) itu mengandung arti pemindahan keterampilan hasil
belajar dari suatu situasi ke situasi berikutnya (Reber: 1988). Kata
“pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangnya keterampilan melakukan
sesuatu pada masa lalu karena digantikan dengan keterampilan baru pada masa
sekarang. Oleh sebab itu, definisi diatas harus dipahami sebagai pemindahan
pengaruh atau pengaruh keterampilan melakukan sesuatu terhadap tercapainya
keterampilan melakukan sesuatu lainnya. Setiap pemindahan pengaruh (transfer)
seperti yang disebut diatas pada umumnya selalu membawa dampak baik itu positif
ataupun negatif terhadap aktifitas dan hasil pembelajaran materi pelajaran lain
atau keterampilan lain.
B. TEORI-TEORI
TRANSFER BELAJAR
Secara umum para ahli berpendapat bahwa
trasfer dalam belajar itu bisa terjadi, akan tetapi, apa yang sebenarnya
hakekat trasfer itu dan bagaimana dalam belajar, Para ahli berbeda pendirian.
Yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga teori yaitu:
1. Teori
disiplin formal/ilmu jiwa daya
Bertitik
tolak dari anggapan bahwa jiwa manusia terdiri dari berbagai daya seperti daya
ingat dan daya pikir, maka mereka beranggapan bahwa transfer belajar hanya
dapat terjadi bila “diperkuat” dan “didisiplinkan” dengan latihan-latihan yang
keras dan terus menerus. Setelah daya-daya tersebut terlatih maka akan mudah
terjadi transfer secara otomatis ke bidang-bidang lain.
2. Teori
elemen identik/ilmu jiwa asosiasi
William
James dan Edward Thorndike tidak sependapat dengan pandangan para ahli jiwa
daya, kedua tokoh ini lalu mengkritik antara lain sebagai berikut:
§ Daya
ingat tidak dapat diperkuat melalui latihan.
§ Pelajaran
bahasa Latin misalnya, tidak dapat menaikan IQ.
§ Ilmu-ilmu
dalam bidang tertentu (bila ditunjuk dengan istilah Ilmu Jiwa Daya mereka telah
terlatih) ternyata lemah dan tidak mampu mengamati dan menganalisis dalam
bidang-bidang lain, ini berarti tranfer secara oomatis tidak terjadi. Kemudian
kelompok asosiasi ini berpendapat bahwa transfer hanya akan terjadi bila dalam
situasi yang baru terdapat unsur-unsur yang sama (identical elements) dengan
situasi terdahulu yang telah dipelajari. Misalnya, individu yang telah lihai
naik sepeda motor honda, ia tidak akan mengalami kesulitan bila mengendarai
motor merk suzuki, karena sepeda motor ini mempunyai banyak unsur yang sama,
maka bila sekolah menghendaki terjadinya transfer, bahan-bahan pelajaran harus
dan mempunyai unsur-unsur kesamaan dengan kehidupan masyarakat.
3. Teori
Generalisasi
Peletak
pandangan ini adalah Charles Judd, ia beranggapan bahwa transfer bisa terjadi
bila situasi baru dan situasi lama telah dipelajari mempunyai kesamaan prinsip,
pola atau struktur, tidak kesamaan unsur-unsur. Seseorang memahami prinsip
demokrasi akan mampu mengamalkan dalam situasi yang berbeda, demikian pula
prinsip ekonomi, hukum, pendidikan dan lain-lain. Ketiga teori diatas, sampai
sekarang masih menunjukkan kebenaran, kemampuan berfikir logis sistematis,
ternyata cukup membantu dibidang-bidang lain (Ilmu Jiwa Daya). Unsur-unsur yang
sama atau pola-pola yang mirip bila dipahami betul orangpun tertolong dalam
menghadapi situasi yang sama sekali baru (elemen identik dan generasi).
C. MACAM-MACAM
TRANSFER BELAJAR
Pada perkembangan awal, transfer belajar
terbagi menjadi dua yaitu transfer positif dan transfer negatif. Dikatakan
transfer positif, apabila membawa efek positif terhadap kegiatan belajar
selanjutnya, sedangkan dikatakan transfer negatif, jika membawa efek negatif
terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Menurut Theory of Identical Element yang dikembangkan oleh E. L.
Thorndike, transfer positif akan terjadi apabila terjadi kesamaan elemen antara
materi yang lama dengan materi yang baru. Contoh seorang siswa yang telah
menguasai matematika akan mudah mempelajari statistika, seseorang yang telah
mampu untuk naik sepeda maka ia akan mudah untuk belajar naik sepeda bermotor.
Sedangkan trasfer negatif terjadi ketika keterampilan yang telah dikuasai
menjadi penghambat belajar keterampilan lainnya. Contoh seorang yang terbiasa
untuk mengetik dengan satu jari, akan mengalami kesulitan ketika harus belajar
mengetik dengan sepuluh jari.
Pada perkembangan selanjutnya, Gagne,
seorang education psychologist membedakan transfer belajar menjadi empat
kategori yaitu:
1. Transfer positif
Transfer positif yaitu transfer yang berefek baik terhadap
kegiatan belajar selanjutnya. Tranfer ini dapat terjadi jika seorang guru
membantu untuk belajar dalam situasi tertentu yang mempermudah siswa belajar
dalam situasi lainnya. Dalam konteks ini, Barlow mendefinisikan transfer
positif adalah belajar dalam suatu situasi yang dapat membantu belajar dalam
situasi-situasi lain.
2. Transfer negatif
Transfer negatif yaitu transfer yang berefek buruk terhadap
kegiatan belajar selanjutnya. Tranfer ini dapat terjadi jika seorang siswa
belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap
keterampilan yang dipelajari dalam situasi berikutnya.
3.
Transfer vertikal
Transfer vertikal yaitu transfer yang berefek baik terhadap
kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi. Tranfer ini dapat
terjadi apabila seorang siswa belajar dalam situasi yang tertentu yang dapat
meyebabkan siswa tadi mampu untuk menguasai pengetahuan/keterampilan yang lebih
rumit. Contohnya, ketika seorang anak SD belajar mengenai penjumlahan dan
pengurangan maka ia akan lebih mudah belajar perkalian di kelas berikutnya.
4.
Transfer lateral
Transfer lateral yaitu transfer yang berefek baik terhadap
kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan yang sederajat. Tansfer ini akan
terjadi ketika seorang siswa telah mampu menggunakan materi yang dipelajarinya
untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang
lain. Contohnya, seorang siawa STM yang telah menguasai teknologi “X” dari
sekolahnya akan mudah menggunakan teknologi itu di tempat kerjanya.
D. FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB TRANSFER BELAJAR
Berikut
beberapa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya transfer belajar yaitu:
1. Intelegensi
Individu yang lancar dan pandai biasanya segera mampu
menganalisa dan dapat melihat hubungan logis, ia segera melihat unsur-unsur
yang sama serta pola dasar atau kaidah hukum, sehingga sangat mudah terjadi
transfer.
2. Sikap
Meskipun orang mengerti dan memahami sesuatu serta
hubungannya dengan yang lain, tetapi pendirian/kecenderungannya menolak/sikap
negatif, maka transfer tidak akan terjadi, dan demikian sebaliknya.
3. Materi Pelajaran
Biasanya mata pelajaran yang mempunyai daerah berdekatan
akan mudah terjadi transfer. Contohnya: Matematika dengan Statistika, Ilmu Jiwa
Daya dengan Sosiologi akan lebih mudah terjadi transfer.
4. Sistem Penyampaian Guru
Pendidik yang senantiasa menunjukkan hubungan antara suatu
pelajaran yang sedang dipelajari dengan mata pelajaran yang lain atau dengan
menunjuk kehidupan nyata yang dialami anak, biasanya akan mudah terjadi
transfer.
E. NILAI
TRANSFER DALAM PRAKTEK KEPENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
Apabila
tidak adanya persamaan antara belajar di sekolah dengan pola kehidupan di luar
sekolah, berarti tidak akan terjadi transfer. Karenanya sekolah hendaknya
mengadakan sejumlah daftar mata pelajaran penting yang isinya senada dengan
situasi kehidupan dalam masyarakat yang sifatnya selalu berubah-ubah. Isi
kurikulum harus dihubungkan dengan pekerjaan yang dicita-citakan atau harus
sejalan dengan kebutuhan kerja. Mata pelajaran yang harus dipelajari bukanlah
masalah-masalah yang terpisah dan tidak bermanfaat. melainkan harus mengarah
pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang merupakan sesuatu yang fundamental bagi
anak untuk kemudian digunakan secara progresif dalam berbagai macam pengalaman
kehidupan.
Oleh karena
itu, perhatian guru harus ditujukan dengan sungguh-sungguh ke arah
kesamaan-kesamaan yang ada antara pengalaman-pengalaman di dalam dan luar
sekolah. Pengertian, pemahaman dan generalisasi yang berguna harus menjadi
bagian yang tak terpisahkan dai pekerjaan mengajar. Anak didik harus dibantu
untuk mengembangkan titik pandang ke arah kehidupan di luar sekolah, baik untuk
dimasa sekarang, maupun untuk masa yang akan datang, sehingga ia dapat
menyesuaikan diri terhadap tuntutan hidup yang selalu berkembang.
F.
PERANAN GURU DALAM
MENINGKATKAN TRANSFER
Kurikulum
sekolah yang telah banyak meyajikan sejumlah mata pelajaran yang untuk
dipelajari oleh anak didik, adalah menuntut sejumlah guru yang masing-masing
memegang mata pelajaran, sesuai dengan keahliannya agar dengan mudah dan jelas
menanamkan pengertian tentang kaidah, prinsip, dalil dalam mata pelajaran
tersebut dalam struktur kognitif anak didik, sehingga hasil belajar dalam mata
pelajaran itu dapat ditransfer untuk memperoleh pengetahuan/ keterampilan dalam
mempelajari mata pelajaran yang lain.
Kesamaan
unsur-unsur tententu dalam mata pelajaran tertentu dapat ditransfer secara
timbal balik. Agar transfer dalam belajar terjadi, prinsip korelasi mutlak
diperlukan jembatan penghubung antara materi pelajaran yang telah dikuasai
sebelumnya dalam mata pelajaran yang berbeda.
Pemberian mata pelajaran dengan
penjelasan yang lebih mendekati realitas kehidupan sehari-hari, membuat hasil
belajar lebih bermakna. Mata pelajaran tidak lagi dianggap terpisah, tetapi
merupakan bagian dari kehidupan. Anak didik tidak lagi menganggap mata
pelajaran sebagai teori tanpa guna, tetapi dianggap sebagai mata pelajaran yang
hasil dari mempelajarinya dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah
kehidupan di luar sekolah.
Guru harus
menjelaskan bahwa mata pelajaran yang dipelajari di sekolah akan bernilai guna
dalam kehidupan masyarakat. Penguasaan mata pelajaran agama dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT dalam menjalani jembatan
kehidupan yang fana. Penjelasan tentang nilai guna mata pelajaran akan
meningkatkan transfer dalam belajar. Itulah hasil belajar yang produktif, tepat
guna, dan berguna bagi masyarakat dan anak itu sendiri.
SUMBER
Mustaqim. 2004. Psikologi Pendidikan. Cetakan Ketiga.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.
ed. rev. Cetakan keempaat belas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Walgito, Bimo.
1990. Pengantar Psikologi Umum. ed.
rev. Cetakan Kedua. Yogyakarta
M. Ngalim
purwanto. 1996. Psikologi Pendidikan.
Bandung:Remaja Rosdakarya
http://massofa.wordpress.com/2009/01/30/prinsip-prinsip-belajars
http://ridho05.multiply.com/reviews/item/1
0 comments:
Post a Comment