Home » , » Dampak dari kebocoran data pribadi

Dampak dari kebocoran data pribadi

Posted by DEC Development Education and Culture on Friday, 23 September 2022

 

DEC_Hi Guys, beberapa media nasional dan juga media online Indonesia pada pekan ini sedang ramai bahkan sempat masuk dalam top 3 trending mengenai kasus peretasan data situs pemerintah kita. Ini kembali mengingatkan kita terhadap beberapa kejadian tentang maraknya kasus peretasan tidak hanya dalam negeri maupun di luar negeri dalam 5 tahun belakangan ini. Hal ini pula menjadi bahan pembicaraan dan perdebatan di banyak tempat, baik itu dalam diskusi – diskusi pejabat pemerintahan, beberapa public figure melalui kanal pribadi hingga pada lini pembicaraan antar tetangga. Hal ini tentu sudah bukan masalah yang bisa di pandang sebelah mata, mengingat hal ini juga berkaitan dengan kehidupan kita dalam bersosialisasi sehari-hari.


Melansir dari laman cnbcindonesia.com (14/09) adapun data yang diduga telah diretas oleh Bjorka (anonymous hacker) yakni kebocoran data pelanggan Indihome, kebocoran data sim card kominfo, data KPU dll. Hal senada juga di sebutkan pada kompas.com (12/09) melalui wawancara dengan kepala Kementerian komunikasi dan informatika (Kominfo) “Memang ada data – data yang beredar salah satunya oleh Bjorka, tetapi data-data itu telah ditelaah, sementara adalah data – data yang bersifat umum, data – data umum” Kata Johnny G Plate seusai rapat internal di istana kepresidenan.

Lalu apa sih dampak serius yang akan dirasakan masyarakat dengan adanya kejadian ini? Tentu banyak yang menayakan hal ini setelah sebelumnya juga telah di anjurkan agar masyarakat lebih sering untuk menganti password atau kata sandi akun masing – masing individu. Untuk itu, mari kita coba untuk memahami bentuk apa saja yang mungkin terjadi dengan bocornya data – data tersebut kedunia maya.

1.       Penipuan

Sudah bukan rahasia lagi, kasus penipuan di negeri kita itu bukan hal yang baru. Mulai dari penipuan undian berhadiah, hingga penipuan berkedok pemerasan. Modus penipuan ini biasanya di awali dengan adanya berupa panggilan telepon ke nomor ponsel calon korban oleh si penipu. Penipu akan mulai membangun sebuah keadaan dimana keadaan fiktif tersebut memiliki hubungan lansung dengan korban, semisal mama minta pulsa, menang undian hingga membayar ongkos rumah sakit ke dokter ataukah penangkapan yang berkaitan dengan tindak kriminalitas serta ancaman atas pelanggaran suatu bentuk hukum. Hal ini dimulai dengan dugaan adanya bocornya data pribadi si korban, ataukah murni pelaku memasukkan nomor secara acak. Dalam hal ini, informasi mengenai nama dan nomor telpon pengguna sangat penting untuk pelaku guna memulai aksinya dalam melakukan penipuan tersebut. Semakin banyak data pribadi yang dimiliki oleh si pelaku, maka akan semakin besar peluang keberhasilan si pelaku terhadap targetnya.

 

2.       Penyalagunaan data

Sejauh ini yang telah beredar, data yang telah bocor yakni merupakan data dari KPU, data sim card yang dimiliki kominfo dan masih banyak lainnya. Apabila itu benar, maka kita bisa mengasumsikan bahwa data yang beredar meliputi nama pribadi beserta keluarga, alamat dan tanggal lahir, no kontak yang aktif yang mana dengan keadaan tersebut cukup untuk seseorang digunakan untuk banyak hal. Semisal memberi data palsu berupa pengisian kuisioner palsu, percobaan peretasan untuk social media yang mana hal ini memungkinkan terjadi dikarenakan masih rendahnya kemampuan masyarakat kita secara umum dalam mengunakan perangkat teknologi yang secara khusus seperti hand phone atau telepon seluler. Meski terkesan ringan, tapi ini sangat berpengaruh terutama untuk industri – industri khusus dalam proses pemetaan komsumen yang diadakan oleh markting sebuah perusahaan.  Tidak hanya itu, kerugian yang dialami pengusaha juga secara lansung akan berimbas pada performa serta daya kerja perusahaan yang berimbas pula pada pekerja di perusahaan tersebut.

 

3.       Pemalsuan indentitas

Lebih rumit lagi, dengan banyaknya data yang ada, tak hanya data Kartu keluarga (KK) dan nomer telpon pribadi, tapi dengan memanfaatkan data tersebut, seseorang mampu melakukan pemalsuan identitas dan melakukan kegiatan lainnya yang bisa memicu kerugian ke si pemilik data tersebut. Semisal ada seseorang yang melakukan akad transaksi utang piutang, atau pun lainnya yang berujung merugikan si pemilik data diawal. Peretasan akun media sosial dengan melakukan klaim yang mana umumnya proses klaim data masih mengunakan komfirmasi seputar data pribadi, nama ayah atau ibu. Semua ini akan mempermudah pelaku dalam melakukan aksi yang mempunyai potensi merugikan seseorang lebih banyak lagi.

Oleh karenanya, hal tersebut benar – benar sangat merugikan bagi masyarakat. Data tersebut ibarat sebuah pisau pada seseorang. Sebagai alat, tentunya perilaku pengguna sangat menentukan. Di era informasi yang sangat cepat ini, bisa beradaptasi dengan cepat sangat penting terutama dalam bersosialisasi. Hal ini tentu berlaku untuk setiap individu di masyarakat kita, terutama bagi masyarakat yang sudah turut menikmati kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi itu sendiri.

 


0 comments:

Popular Posts

Powered by Blogger.

Followers

.comment-content a {display: none;}