Home » » Drama Kocak 6

Drama Kocak 6

Posted by DEC Development Education and Culture on Monday, 16 April 2012

*      Fathir     : anak yang baik, tidak sombong, suka menolong, tapi benci kekotoran;
*                                          Boby      : seorang anak yang jail, suka menyamakan antara film dan kenyataan, dan baik;
*      Indi         : cewe yang suka terus terang dan tidak suka bertele-tele pemarah tapi baik;
*      Siska       : gadis centil, galak, tapi baik;
*      Seno       : anak yang tidak jauh dari Boby dan suka akan semua tentang uang.

EPISODE 6
MINGGU YANG MELELAHKAN

            Pada hari Kamis, Siska dan Indi sedang bercerita tentang beberapa hal mengenai liburan. Mereka yang asyik bercerita tentang pengalaman mereka tampa sadar berbicara tentang hal-hal yang aneh. Ditengah pembicaraan Seno mendekat dan mendengarkan berbagai bualan Siska dan Indi.

Siska  : iya mereka memang begitu
Indi    : oh gitu yach (tertawa pelan) jadi
Siska  : iya sedikit saja maka mereka pun akan (membalikkan telapak tangannya)
Indi    : (tertawa kecil)
Siska  : iya, iya, (melirik) Indi sini deh
Indi    : apaan (mendekat)
Siska  : (membisik lalu mengambil buku dalam tasnya) liat yah (melempar kearah Seno sambil berteriak) awas tikus !!!
Seno   : (yang dari tadi bersembunyi dibawah meja kaget dan berdiri namun kepalanya terbentur) aduh (jeritnya)
Siska  : (mengambil buku yang dibuang) makanya jangan suka mengintip, baik mata maupun telinga
Seno   : iya deh (memegang kepalanya) aq kapok
Indi     : (tertawa) cukup-cukup
Fathir : Siska, Indi bercanda kalian keterlaluan (datang tiba-tiba bersama Boby)
Indi     : hai Fath, loh ini siapa ?
Siska   : anak baru lagi yah, pindahan dari mana ?
Indi     : rasanya pernah liat tapi dimana yah (terteguh) ganteng juga tapi Sandi lebih top
Seno   : hai Bob, baru kali ini aq liat, dari mana aja loe ?
Boby   : aq dari Makassar ama bapak
Seno   : wah… kak Boby ama bapak ngapain
Boby   :itu…
Fathir : (memotong pembicaraan) aq dengar banyak uang nih, bagaimana kalau kita…
Indi     : (menyenggol Boby) kenalan dong
Siska   : Indi, Indi baru aja dengar gitu langsung nempel
Indi     : diam (kembali menghadap Boby) aq Indi, Karisa Indi
Boby  : Boby, Muhammad Zainal Qa’aza tilaba Canra Agusta Boby
Indi    : panjang amat
Boby  : iya itu singkatan dari Muhammad Zainal Qa’aza Innali qamaazali Tilajubba CanraAgus Tanto Boby.
Siska  : orang aneh
Fathir : hey Bob aq belum selesai ngomong
Boby  : apaan sih ?
Fathir : begini, bagaimana kalau kita jalan-jalan minggu ini okey (mengajak)
Seno   : aq tak mengerti ?
Fathir : (mengambil sesuatu dari kantongnya) kalau ini mengertikan (memasukkan sesuatu kedalam saku milik Seno)
Seno   : kalau begitu aq ngerti
Siska  : asyik kita jalan-jalan
Indi    : key nga masalah
Seno   : (memeriksa sakunya) ini apaan (mengambil) wah capung mati (berlari)
Siska   : (tertawa )
            Pada hari Minggu pagi didekat  sebuah Halte tempat mereka janjian hanya ada Seno dan seorang wanita. Seno melirik dan mendekatinya.
Seno    : hai cewe kenalan dong
Gadis  :  hai nama gue Gadis
Seno    : Seno, anda cantik (masih berdiri)
Gadis  : (berdiri) Seno yah (mengelilingi Seno dan mengambil dompetnya) pergi dulu yah
Seno   : (tidak sadar) mau kemana
Gadis  : mau kesana bye
Seno    : bye (setelah Gadis itu menjauh, ia baru sadar bahwa dompetnya hilang) wah dompet aq mana (meraba kantongnya) wah Gadis itu copet, hei tunggu (pergi mengejar Gadis tersebut)
Siska  : (bersama Indi bebrapa saat kemudian) aduh udah jam berapa nih
Indi     : tadi di rumah om udah jam 7
Siska   : apa mungkin kita terlambat ?
Indi     : mungkin (memegang perutnya)aduh perutku sakit, temenin aq ke toilet
Siska  : tapi kalau telat
Indi     : aduh sakit
Siska  : iya uda ayo ketoilet
            Mereka pun pergi ketoilet akibat Indi sakit perut. Lalu bebrapa saat berselang Fathir dan Boby pun datang.
Fathir : yang lain kemana Bob ?
Boby   : entahlah (terdiam sejenak) ingat ngak Fath, disinikan dulu Adit dapat  kan
Fathir : kalau diingat-ingat juga, tas yang kamu anggap ada bomnya kan
Boby   : iya bom
Fathir : bom yah (tertawa) kalau diingat lucu juga yah padahal dulu tegang setengah mati
Boby   : (tertawa) iya kalau diingat
Fathir : tentu, apalagi soal perampok itu
Boby   : (berhenti tertawa)
Fathir : yah saat kau tahu kalau itu rampok , kamu langsung lari ngak karuan kan (meledek) emang dulu loe kira apaan sih
Boby  : iya, iya tapi kalau ngak ada aq, dia ngak ketangkap kan (membanggakan dirinya)
Fathir : memang benar, tapi gara-gara kamu kita terlambat
Boby   : iya sorry, abis ngitung dulu ama bapak
Fathir : Bob, Bob, bapak kau itu memang aneh, hal sepele aja diributkan, untung kah, rugi kah, memang dasar anak Ekonomi
Boby   : karena itu bapak akan sukses
Fathir : sukses dari mana ? pekerjaannya saja nyuri pak Slamet
Boby   : iya tapi….
Seno   : (datang tiba-tiba dan langsung memotong pembicaraan) gawat-gawat (panic) aq kecolongan, dompet aq raip dicuri cewe tadi pagi disini (menjelaskan kepada Fathir dan Boby) bagaimana nih…?
Fathir : apa (kaget)
Boby   : (berbalik) ini kesempatan (berhenti sejenak) tunggu dulu (berbalik kembali) apa copet (kaget)
Fathir : Bob, Bob kagetnya terlambat
Boby  : kalau begitu ulangi lagi
Fathir : kelamaan
Seno   : ayo kejar dia sebelum terlambat, ikuti aq
Boby   : hai, aq belum pasang pose
Seno    : (berlari dan berteriak) kelamaan Bob, kejar saja
Boby    : tunggu (ikut mengejar)
            Mereka pun mengejar gadis yang mencopet dompet Seno tersebut. Lalu tak lama kemudian Siska dan Indi pun kembali dari toilet dan langsung ke halte.
Indi      : kemana sih mereka kok lama amat
Siska   : udahlah mungkin mereka udah pergi
Indi     : apa mereka ninggalin kita, wah awas aja mereka
Siska   : bukannya kita yang datangnya telat inika udah jam 9 padahal janjinya setengah 8 berarti kita telat setengah jam (menjelaskan sambil memperlihatkan arlojinya)
Indi      :  iya karena di toilet musti antri, belum lagi jauh
Gadis  :  (datang tiba-tiba) hai apa kalian lagi nunggu bis yah (sapanya)
Indi     : engga kok
Siska  : kau sedang ngapain
Gadis  : aq lagi cari cowo yang kurang ajar, tadi beraninya nyenggol-nyenggol  aq
Indi     : apa, kurang ajar banget
Siska  : kau tau ngak nama atau ciri-cirinya ?
Gadis : namanya kalau ngak salah Seno, yah Seno, tingginya sekitar segini (menjelaskan sambil menggambarkan Seno)
Siska  : jangan-jangan Seno si bodoh itu
Indi     :  awas yah, biar kami yang kejar (menawarkan diri) kemana ?
Gadis : kesana (menunjuk)
Indi    : ok, kita hajar dia (menarik Siska dan pergi)
Gadis : (memerhatikan mereka dari jauh) tidak ku sangka, yang kukerjai dan kubodohi adalah teman mereka sendiri, jadi tak perlu repot-repot dan harus turun tangan (bersantai) lebih baik kuserahkan kepada mereka, dasar budak-budak (pergi)
            Setelah Gadis pergi halte menjadi sepi, setengah jam kemudian Fathir, Boby dan Seno datang dan langsung  duduk.
Fathir : aq lelah banget nih (membuka pembicaraan)
Seno   : iya capek juga
Boby  : (berdiri diatas kursi) dengar aq adalah anak yang hebat, akan kuberantas semua…
Fathir : (berdiri lalu mendorong Boby sehingga apa yang dikatakan Boby pun terhenti) diam, lagi suasana kaya gini itu jangan ribut Bob
Boby  : sial, lagi-lagi poseku di ganggu aduh (kelelahan)
            Saat mereka tengah beristirahat di halte, tiba-tiba Siska dan Indi datang mengejutkan mereka sambil mencari Seno.
Indi     : mana, mana si Seno ?
Seno   : ada apa mencari aq
Siska   : (langsung memukul Boby) dasar cowo genit
Seno   : (jatuh didekat Boby) apa-apaan ini Sis ?
Indi     : kamu ini tadi ngangu anak orang di halte kan ?
Seno   : gadis, apa kamu ta dia dimana sekarang
Indi     : dasar  cowo brengsek (memukul Seno dengan tasnya)
Seno   : (jatuh lagi) apa-apaan sih kalian ini ?
Indi     : mau lagi hem (mengancam)
Siska   : dasar buaya darat
Fathir : berhenti (berteriak lalu melerai mereka yang tengah emosi) kalian ini apa-apaan sih kaya anak kecil saja, teman lagi kena musibah kok dipukulin
Boby  : benar sayang (bergaya dan berpose) kalian memang tidak tahu apa-apa soal hal ini
Indi    : (terdiam)
Boby  : bahwa sebenarnya orang yang kalian permasalahkan itu ada di situ (menunjuk)
Gadis : (yang dari tadi mengintip dibalik semak-semak pun terkejut dan berlari pergi)
Fathir : hai kau (mengejar Gadis yang kabur)
            Fathir pun mengejar gadis yang berlari. Fathir yang meninggal kan Boby dan Seno denan Siska dan Indi di halte. Permasalahan mereka pun kembali setelah mereka diam-diaman tidak mengerti situasi.
Siska   : (kembali berdiri) sudahlah sen, lebih baik kau mengaku saja dasar cowo brengsek
Seno   : tidak, (membela diri) dia mengambil dompetku makanya aq kejar
Indi     : ala kamu tuh udah ketahuan, awas yah aq laporin besok kekepala sekolah bahwa kamu tuh …
Boby  : (memotong pembicaraaan) sudahlah, seno benar (membantu seno yang tengah terpojok)
Indi    : apa kamu punya bukti kalau dia tidak bersalah ?
Boby  : oh iya… tidak ada (berbalik dan menghadap Seno) kamu tuh memang dasar genit Sen,  kamu bersalah total atas semua ini (menuduh Seno)
Seno   : hei Bob… bukannya fathir mengejar dompetku, eh salah orang yang mengambil dompetku kan. Lagian bukannya kita tadi bersama-sama nyari dia (berusaha mengelak dari tuduhan teman-temannya)
Boby   : (menghadap Indi) iya kalau gadis itu memang mencuri dompet Seno
Siska   : kamu sebenarnya berpihak pada siapa sih Bob ?
Boby   : entahlah aq juga sebenarnya bingung ?
Indi     : (mengejar Boby) awas yah kau
Boby   : ah.. (berlari menghindari Indi)
Indi     : awas kalau kutangkap kau (masih mengejar Boby)
Boby   : hari Minggu yang diharapkan akan menyenangkan malah berubah menjadi neraka. Ah… (menjerit )
Fathir : apa yang kalian lakukan ? (menangkap Gadis)
Seno   : kau
Boby   : (berhenti berlari) apa itu Sen, wah (dipukul Indi) aduh apa-apaan sih
Indi    : dapat kau (menghadap Fathir) eh.. kaukan
Boby  : aduh sakit tau (memegang kepalanya yang ditipuk oleh Indi)
Indi     : mau lagi Bob (mengacungkan tangannya)
Fathir : sekarang mengakulah
Siska   : gadis itu (memerhatikan dengan seksama) kamu kan yang tadi
Gadis : lepaskan (memberontah)
Fathir  : tak usah melawan
Gadis : baiklah aq mengaku (merunduk)
Seno  : ayo kembalikan dompetku (meminta)
Gadis : (menjatuhkan dompet tesebut didekat kakinya)
Seno   : itu dia (berniat mengambil)
Gadis : dasar lelaki tengik (menendang Seno)
Seno   : (menghindar) hampir saja
Fathir : jangan bergerak (mengencangkan pegangannya)
Gadis  : tolong aq (melirik Boby)
Boby   : (spontan) Fath, lepasin gadis itu, kamu ngakmau kan melanggar janjimu kan
Fathir  : apa masih ingat yah (termenung)
Boby   : bahwa kamu tidak akan melukai wanita, itu janji kita bersama kan
Fathir  : itu yah (termenung) tapi ini lain…
Gadis  : (memperhatikan situasi) hei apa itu
Fathir  : (tetap merunduk dan lainnya menengok kebelakang)
Gadis  : (melepaskan diri dan berlari pergi)
Seno   : wah gawat dia pergi (kaget)
Indi     : liat Fathir dia pergi
Siska  : kenapa dilepaskan
Fathir  : itukan (duduk) benar juga
Boby   : yah ampun jadi kepikiran
Seno   : kamu sih
Siska   : emangnya apa sih
Indi     : iya emangnya ada apa sih
Boby  : gini itu janji Fathir ama Vina waktu ngantar pulang ketika kita dijegat rampok
Indi    : rampok  gimana sih
Siska  : oh iya soal Vina, rasanya pernah dengar, emangnya Vina itu siapa sih
Boby   : dia itu teman wanitanya (mengekspresikan kata-katanya)
Seno   : pernah dengar kalau mereka itu pacaran tapi itu mah Cuma isu
Boby  : atau mengigat Adit (berhenti sejenak) mereka itulah sahabat-sahabat kami
Siska  : kalau adit mah aq juga pernah dengar kalau mereka itu pindah sekolah
Indi    : jadi kepikiran yah
Seno   : (mengambil dompetnya) tidak ada yang hilang (namun masih tetap memeriksa)
Boby   : (menatap Fathir)
Siska   : Minggu yang diharapkan menjadi ceria malah berubah jadi Minggu yang melelahkan (melepaskan lelah) hu…
Indi    : lebi baik kita pulang, udah siang nih
Boby  : ayo Fath, kita pulang
Fathir : (pergi dan tetap diam saja)
Indi     : ayo pergi (meninggalkan mereka)
Seno   : tunggu (sibuk mengotak-atik dompetnya) ada yang aneh, wah (kaget) uang aq seribu hilang, (sadar)  hai kalian dimana (mencari) jangan-jangan aq ditinggalkan, hei aq tak mau pulang sendirian. Tunggu (beranjak pergi)
            Akhirnya mereka semua pun pulang keruma masing-masing dengan membawa lelah. Minggu yang mereka harapkan ceria, Fun-fun bareng dan lainnya pun hilang gara-gara masalah kecopetan. Dan yang paling sedih diantara mereka semua itu adalah Seno yang harus menjadi korban dan kehilangan uangnya, walaupun itu tak seberapa namun bagi Seno itu hal yang sangat merugikannya. Dan ia pun harus ikhlas atas semua hal tersebut karena semua itu memberikan kepada mereka pengalaman baru yang tak terlupakan. Meskipunhanya kecopetan seribu rupiah. Sedangkan masalah cewe yang pencopet itu tak pernah terlihat lagi. Mudah-mudahan saja.


0 comments:

Popular Posts

Powered by Blogger.

Followers

.comment-content a {display: none;}