Chapter 4
Sekuntum Mawar di Tengah
Padang
Hampir sebulan setelah kejadian
tersebut. Fathir pun mulai bisa kembali tersenyum setelah melihat ibunya
kembali tersenyum karena jerih payah
ayahnya yang selalu menenangkannya. Fathir sendiri berharap ingin menjadi
seperti ayahnya. Banyangan tersebut masih terbentang difikirannya hingga dia
mendapati sebuah berita yang mengejutkan.
“yang benar kamu Yu?” tanya Fathir.
“beneran, hasan yani itu sekarang
jadian.” Sambung Ayu.
Fahthir pun mulai mempertanyakan gosip
yang beredar dikelasnya tersebut. Dia bahkan tak habis fikir mengingat bahwa
dia tak pernah sekalipun mendapati hasan mencoba mendekati yana disekolahnya.
Namun pertanyaannya tersebut segera dibenarkan oleh Ridwan yang menyatakan
bahwa yana dan hasan memang jadian.
Saat itu Fathir sama sekali ingin
melompat dan meneriakkan kebahagiannya pada teman masa kecilnya itu. Namun hati
kecilnya menjawab bahwa betapa hebatnya si hasan itu. Dia selalu menjadi nomor
1 dan dia hanya bisa memandangi punggung temannya itu. Setelah sempat
mengalahkan Fathir dibidang pelajaran disekolah, kali ini dia mengalakannya
lagi dibidang sosial. Namun hal tersebut
tidak dia sampaikan kepada si hasan dikarenakan beberapa hal yang mungkin tidak
membutuhkan jawaban untuk dipermasalahkan.
Semenjak hari itu, Fathir lebih banyak
meluangkan waktu bersama Ridwan dikelas. Sedangkan Fathir sendiri sibuk diluar.
Kalau tidak bersama yana, dia pasti bersama dodi, atau paling tidak mengajak
mereka bermain takrow dilapangan. Sebenarnya Fathir masih enjoy dengan
kesibukannya di Embargo, suatu
komunitas belajar bahasa inggris yang mulai dia ikuti sejak masuk SMA.
Hari itu Fathir dan Ridwan hanya
dikelas. Banyak siswa siswi yang bertebaran karena rapat tiba-tiba diruang guru
dipagi itu. Fahir sendiri masih bingung ingin melakukan apa dan dia hanya
menemani Ridwan. Ridwan yang tertawa begitu lepas memandangi seseorang yang fathir
sendiri tidak tahu siapa dia. Jelas saja lamunan Fathir berganti menjadi tawa
sindiran mengikuti Ridwan yang semula tertawa sendiri.
Cewe itu hanya duduk bodoh dimeja guru
dan entah apa yang membuat Ridwan begitu serius menertawainya. Setelah
berhenti, fahir pun menyempatkan untuk bertanya mengenai perihal tersebut,
namun hanya dibalas senyum oleh Ridwan. Fathir yang kala itu masih bingung
hanya meneruskan tertawanya mengikuti Ridwan hingga cewe itu beranjak pergi
setelah diajak si Anti kekantin.
Beberapa hari kemudian, disebarlah
informasi persiapan penerimaan kader baru PMR sekolahnya dan mengadakan seleksi
kepanitiaan. Untuk pertama kalinya semenjak lulus dari SMP Hasan mengajak Fathir
dan Ridwan untuk ikut. Cek percek ternyata Yana juga mengikuti seleksi
tersebut. Fahtir dan Ridwan pun hanya bisa gelang-gelang kepala saja mendengar
ajak temannya tersebut.
Sebelumnya
Daftar
Terbaru
Sebelumnya
Daftar
Terbaru
0 comments:
Post a Comment