Home » » Smansa Stories 6

Smansa Stories 6

Posted by DEC Development Education and Culture on Sunday 29 April 2012


Chapter 6
Siapa dia ?
                Pada hari minggu setelah rapat, tepat tanggal 1 November  2009, acara indoor Diklat PMR SMAN 1 Lappariaja dimulai. Pagi-pagi sekali Fathir telah menyiapkan diri untuk berangkat kesekolahnya. Setelah mencuci pakaian, dia terus membereskan rumah seperti biasa. Namun tentunya kali ini dia bergerak lebih dini guna mengejar waktu untuk ke sekolahnya.

                Setelah pekerjaannya selesai, dia pun melangkah ke kamar mandi. Ditariknya handuk merah kusam miliknya dan menutup rapat pintu kamar mandinya lalu dia pun mandi. Sekitar 5 menit lebih dia pun selesai mandi dan beranjak kekamar setelah mengeringkan badannya sehabis mandi. Setelah berpakaian yang cukup rapi, dia pun bersiap dan meminta izin kepada ayah dan ibuya.


                Hari itu Fathir berniat mengendarai motor sehingga dia pun mencoba meminta izin ke ayahnya. Awalnya orang tuanya tidak mengizinkan dia membawa motor, namun karena beberapa alasan yang Fathir ucapkan akhirnya mereka mengizinkannya. Namun ayahnya berpesan bila nanti dirinya mendapati petugas polisi dan ditahan, agar jangan pernah mau tanda tangan.

                Setelah mendapatkan motor, dia pun berangkat dengan tenang menuju sekolahnya. Di tengah jalan, dia mendapati temannya bernama Ningsih yang juga temannya di Lord. Spontan dia pun menawarkan tumpangan pada teman SD nya. Namun niat baik tak selamanya berakhir baik, karena memiliki penumpang tampa helm, maka petugas penertiban menghentikan Fathir dan menilangnya atas kesalahan yang diperbuatnya.

                Karena kendaraannya yang telah ditahan, kemudian dia pun berjalan kaki ke sekolahnya sedangkan si Ningsih mendapat tumpangan lainnya. Setelah memberi kabar keorangtuanya, maka dia pun meneruskan perjalanannya. Dengan bermandikan keringat, maka dia pun berhasil tiba disekolahnya walaupun dia telat hampir sejam lebih.

                Selama disekolah dirinya tidak pernah tersenyum karena kesialan sedang menghampirinya, bahkan difikirannya adalah bagaimana teguran dari orang tuanya karena kejadian tersebut. Sejam setelahnya Fathir pun di hubungi oleh orang tuanya untuk menberikan kunci serta surat tilang kepada tantenya yang kala itu telah menunggu di kantor polisi. Setelah menyelesaikan perkara yang dia hadapi, maka Fathir pun kembali ke sekolahnya dan kembali ikut dalam kegiatan.

                Tidak lama setelah itu, semua peserta dikumpulkan ketengah lapangan bersama para panitianya guna mendengarkan intruksi pemateri yang diundang langsung dari Markas PMI Kab. Bone. Sinar matahari yang begitu terang membasahi tiap-tiap punggung peserta dengan keringatnya. Sedangkan Fathir sendiri hanya duduk berteduh dibalik banyangan teman-temannya.

                Mungkin karena terik matahari yag begitu panas, atau karena beberapa pendamping peserta kelelahan berdiri akhirnya Fathir harus berpindah-pindah guna menyelamatkan dirinya dari panasnya matahari. Hingga dirinya berteduh pada sesosok banyangan yang begitu lama melindunginya. Hampir 20 menit berlalu semenjak dirinya berteduh dan kali ini Fathir mulai penasaran siapa yang begitu baik mau melindungi dirinya dari terik matahari.

                Fathir pun berbalik menghadap wajah orang yang begitu baik padanya. Namun karena begitu gelap melihat dari bawah, maka dia pun segera berdiri disampingnya. Lalu dia kebali terkejut saat mengetahui bahwa orang yang begitu baik ini adalah seorang wanita. Setelah mengucapkan terima kasih, fathir pun kembali memerhatikan pemateri yang tengah menjelaskan beberapa penjelasan singkat mengenai apa yang akan peserta lakukan berikutnya.

                Namun kali ini Fathir tak memerhatikan pemateri dan lebih memerhatikan gadis tersebut. Gadis mengikat rambutnya dengan ikat rambut berwarna biru dengan baju hijau terang panjang dan mengenakan celana hitam dengan sepatu hitam khas yang beda dari beberapa temannya. Karena penasaran, akhirnya Fathir pun mengajak gadis itu berbincang-bincang.

                Tak lama setelahnya akhirnya itu, pemateri mengizinkan peserta untuk bubar. Sebelum berpisah Fathir berusaha mengetahui namanya dengan menanyakannya secara langsung. Awalnya gadis itu tidak menjawab dan hanya tersenyum, entah dia memikirkan apa, namun setelah hampir hanya mereka berdua saja yang tinggal ditengah lapanangan nan panas itu akhirnya iya menjawabnya. Setelah dia menjawab, dia pun memperlihatkan ID cardnya sebagai bukti bahwa dia tidak bohong lalu beranjak pergi setelah datang temanya yang Fathir tak tahu namanya siapa.

                Fathir pun menanyakan perihal kelas berapa yang memiliki pakaian porseni tahun lalu yang berwarna hijau terang dan tengan panjang. Beberapa orang yang dia tanya menjawab tak tahu dan ada yang menjawab kelas X.4. berbekal nama yang dia peroleh, serta rasa penasaran yang lebih dengan gadis itu, maka Fathir telah siap menjelajahi sekolahnya esok. Dan satu hal yang pasti namanya adalah Ida.


0 comments:

Popular Posts

Powered by Blogger.

Followers

.comment-content a {display: none;}