Home » » Smansa Stories 7

Smansa Stories 7

Posted by DEC Development Education and Culture on Tuesday 1 May 2012


Chapter  7
Sebuah nama, sebuah cerita
                Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Fathir bersiap untuk berangkat sekolah. Setelah membuat sarapan untuknya dan adik kecilnya, dia pun keluar setelah meminta izin untuk berangkat. Namun tetap saja Fathir datang 5 menit sebelum bel dibunyikan. Karena mobil angkutan yang biasa dia tunggu tetap datang pada jam yang sama. Maka dia hanya menunggu hingga mobil itu datang.


                Singkat cerita, setelah selesai mata pelajaran olahraga serta perpindahan jam menuju PKn, diselanya tepat jam istrahat, Fathir telah membenahi dirinya guna bersiap untuk keluar melakukan investigasi tentang gadis yang dia kenalnya kemarin. Setelah kembali mengingat-ingat ulang ciri-ciri gadis tersebut, maka dia pun mulai berjalan keluar kelas. Awalnya dia berniat menemui seorang temannya di kelas XI IPA 3. Namun saat hendak keluar dirinya terhenti oleh teguran seseorang.

                “Hei Fathir, bagaimana soal laporan dikusi minggu lalu, apa seperti ini?” tanya seorang gadis.
                “Hem, kayanya seperti ini, jadi kamu diminta ama Yana tuk kerja tugas ini?”
                “iya, mau kemana sih, kayanya buru-buru banget?” tanyanya balik.
                “ke kelas seberang, ada yang mau aku tanyakan?” jawabnya cuek.
                “perihal apa?” tanyanya kembali.
                “aku mau cari seseorang, eh uda dulu yah, tanya aja ama Yana,” jawabnya singkat.
                “oke deh,” sambil tersenyum.

                Tak lama kemudian saat Fathir hendak berangkat, Yana datang dan menegur mereka. Tentunya Yana menjelaskan beberapa hal mengenai tugas yang akan mereka kumpulkan nanti saat jam masuk PKn. Setelah beberapa saat, Yana pun pamitan. Namun saat hendak berpamitan dia sempat menyebutkan nama yang mirip dengan nama yang dia cari.

                “Tunggu sebentar, tadi Yana memanggilmu siapa?” tanya Fathir memulai pembicaraan.
                “memangnya ada apa sih?” jawabnya santai.
                “Begini saja siapa namamu tadi?” tanyanya balik.

                Mereka pun berdiaman beberapa saat, Fathir yang punya kebiasaan membaca nama seseorang dari seragamnya kali ini kehabisan akal. Sebab wanita ini mengenakan jilbab yang cukup panjang menutupi namanya. Saat Fathir mulai salah tingkah, dengan malu wanita itu menyebutkan namanya sambil menepiskan jilbab yang menutupi dadanya.

                “Aidayanti,” jawabnya singkat.

                Dengan lemas Fathir menganggukkan kepalanya. Dikiranya wanita yang dia cari tengah berada didepannya. Ternyata dia hanya salah mendengar. Sambil memegang secarik kertas catatan laporan yang diberikan Yana sebelumnya.

                “kalau begitu, aku pergi dulu yah,” jawabnya.
                “iya, hati-hati ketabrak pintu,” candanya. Dibalas dengan senyum oleh Fathir.

                Namun baru beberapa langkah setelah itu, kembali Yana datang memanggil gadis bernama Aidayanti itu dengan sebutan ida. Maka takkala itu pula sadarlah Fathir bahwa wanita yang dia cari ternyada ada didepannya. Sambil menatap wanita itu baik-baik, dia pun menemukan satu hal yang sama dari wanita yang dia kenal kemarin itu, mereka sama dalam memperkenalkan namanya.

                Tentu saja Fathir dengan bodoh mendekati kembali gadis itu dan mulai berbasa basi mengenai soal yang kemarin. Namun gadis itu hanya tersenyum mendengar apa yang dikatakan Fathir saat itu. Ketika Fathir hendak menanyakan dia kelas berapa, takkala gadis itu kembali menanyakan soal tugas yang diberikan oleh Yana akan kelompok mereka. Maka saat itu juga kembali Fathir dikejutkan oleh gadis itu. Tak pernah terbayangkan dalam benak Fathir bahwa gadis yang dia dapati kemarin, yang dia cari adalah teman sekelas dan juga merupakan teman kelompoknya.

                Saat memasuki jam PKn, Fathir kembali memerhatikan sekitar mencari wanita itu yang tentunya tempat mereka telah diubah sesuai kelompok. Dan benar saja, wanita itu duduk tepat dibelakangnya. Lalu Fathir mulai membuka  daftar nama-nama anggota saat dirinya mencatat apa yang disebutkan Yana kala pemilihan kelompok sebelumnya. Dan nama gadis itu ada pada daftar nama ke-3.

                Diantarai oleh meja, Fathir pun duduk menyamping dan kembali mengajak Ida bercerita. Fathir tidak lagi memerhatikan apa yang dikemukakan oleh pemateri yang tengah membawakan materinya. Dia telah memberikan mandat kepada Yana untuk bertanya kepada kelompok tersebut yang digawangi oleh Anti kala itu. Sambil membahas beberapa hal yang tidak penting, secara tidak langsung Fathir mengukir wajah gadis yang dibaluti jilbab itu pada meja yang menjadi perantaranya. Ida hanya tersenyum saat melihat hasil gambar tersebut yang merupakan sosok dirinya yang tercipta kurang dari 10 menit.

                Tak terasa oleh mereka sejam telah berlalu, dan mata pelajaran PKn telah usai. Saat hendak bubar, mereka saling berpamitan menuju tempat mereka masing-masing. Hari itu Fathir tidak hanya tidak memerhatikan pelajaran PKn, tetapi semua pelajaran yang masuk dihari itu. Setelah beberapa hari setelahnya, Fathir pun kembali terkejut bahwa selama ini gadis yang sering dia tertawai bersama temannya Ridwan yang selalu menempati meja guru itu tidak lain adalah Aidayanti sendiri. Dan dia hanya bisa tersenyum bodoh memikirkan semua itu.


0 comments:

Popular Posts

Powered by Blogger.

Followers

.comment-content a {display: none;}