Chapter 7
Sebuah nama, sebuah cerita
Keesokan
harinya, pagi-pagi sekali Fathir bersiap untuk berangkat sekolah. Setelah
membuat sarapan untuknya dan adik kecilnya, dia pun keluar setelah meminta izin
untuk berangkat. Namun tetap saja Fathir datang 5 menit sebelum bel dibunyikan.
Karena mobil angkutan yang biasa dia tunggu tetap datang pada jam yang sama.
Maka dia hanya menunggu hingga mobil itu datang.
Singkat
cerita, setelah selesai mata pelajaran olahraga serta perpindahan jam menuju
PKn, diselanya tepat jam istrahat, Fathir telah membenahi dirinya guna bersiap
untuk keluar melakukan investigasi tentang gadis yang dia kenalnya kemarin.
Setelah kembali mengingat-ingat ulang ciri-ciri gadis tersebut, maka dia pun
mulai berjalan keluar kelas. Awalnya dia berniat menemui seorang temannya di
kelas XI IPA 3. Namun saat hendak keluar dirinya terhenti oleh teguran
seseorang.
“Hei
Fathir, bagaimana soal laporan dikusi minggu lalu, apa seperti ini?” tanya
seorang gadis.
“Hem,
kayanya seperti ini, jadi kamu diminta ama Yana tuk kerja tugas ini?”
“iya,
mau kemana sih, kayanya buru-buru banget?” tanyanya balik.
“ke
kelas seberang, ada yang mau aku tanyakan?” jawabnya cuek.
“perihal
apa?” tanyanya kembali.
“aku
mau cari seseorang, eh uda dulu yah, tanya aja ama Yana,” jawabnya singkat.
“oke
deh,” sambil tersenyum.
Tak
lama kemudian saat Fathir hendak berangkat, Yana datang dan menegur mereka.
Tentunya Yana menjelaskan beberapa hal mengenai tugas yang akan mereka
kumpulkan nanti saat jam masuk PKn. Setelah beberapa saat, Yana pun pamitan.
Namun saat hendak berpamitan dia sempat menyebutkan nama yang mirip dengan nama
yang dia cari.
“Tunggu
sebentar, tadi Yana memanggilmu siapa?” tanya Fathir memulai pembicaraan.
“memangnya
ada apa sih?” jawabnya santai.
“Begini
saja siapa namamu tadi?” tanyanya balik.
Mereka
pun berdiaman beberapa saat, Fathir yang punya kebiasaan membaca nama seseorang
dari seragamnya kali ini kehabisan akal. Sebab wanita ini mengenakan jilbab
yang cukup panjang menutupi namanya. Saat Fathir mulai salah tingkah, dengan
malu wanita itu menyebutkan namanya sambil menepiskan jilbab yang menutupi
dadanya.
“Aidayanti,”
jawabnya singkat.
Dengan
lemas Fathir menganggukkan kepalanya. Dikiranya wanita yang dia cari tengah
berada didepannya. Ternyata dia hanya salah mendengar. Sambil memegang secarik
kertas catatan laporan yang diberikan Yana sebelumnya.
“kalau
begitu, aku pergi dulu yah,” jawabnya.
“iya,
hati-hati ketabrak pintu,” candanya. Dibalas dengan senyum oleh Fathir.
Namun
baru beberapa langkah setelah itu, kembali Yana datang memanggil gadis bernama
Aidayanti itu dengan sebutan ida. Maka takkala itu pula sadarlah Fathir bahwa
wanita yang dia cari ternyada ada didepannya. Sambil menatap wanita itu
baik-baik, dia pun menemukan satu hal yang sama dari wanita yang dia kenal
kemarin itu, mereka sama dalam memperkenalkan namanya.
Tentu
saja Fathir dengan bodoh mendekati kembali gadis itu dan mulai berbasa basi
mengenai soal yang kemarin. Namun gadis itu hanya tersenyum mendengar apa yang
dikatakan Fathir saat itu. Ketika Fathir hendak menanyakan dia kelas berapa,
takkala gadis itu kembali menanyakan soal tugas yang diberikan oleh Yana akan
kelompok mereka. Maka saat itu juga kembali Fathir dikejutkan oleh gadis itu.
Tak pernah terbayangkan dalam benak Fathir bahwa gadis yang dia dapati kemarin,
yang dia cari adalah teman sekelas dan juga merupakan teman kelompoknya.
Saat
memasuki jam PKn, Fathir kembali memerhatikan sekitar mencari wanita itu yang
tentunya tempat mereka telah diubah sesuai kelompok. Dan benar saja, wanita itu
duduk tepat dibelakangnya. Lalu Fathir mulai membuka daftar nama-nama anggota saat dirinya
mencatat apa yang disebutkan Yana kala pemilihan kelompok sebelumnya. Dan nama
gadis itu ada pada daftar nama ke-3.
Diantarai
oleh meja, Fathir pun duduk menyamping dan kembali mengajak Ida bercerita.
Fathir tidak lagi memerhatikan apa yang dikemukakan oleh pemateri yang tengah
membawakan materinya. Dia telah memberikan mandat kepada Yana untuk bertanya
kepada kelompok tersebut yang digawangi oleh Anti kala itu. Sambil membahas
beberapa hal yang tidak penting, secara tidak langsung Fathir mengukir wajah
gadis yang dibaluti jilbab itu pada meja yang menjadi perantaranya. Ida hanya
tersenyum saat melihat hasil gambar tersebut yang merupakan sosok dirinya yang
tercipta kurang dari 10 menit.
Tak
terasa oleh mereka sejam telah berlalu, dan mata pelajaran PKn telah usai. Saat
hendak bubar, mereka saling berpamitan menuju tempat mereka masing-masing. Hari
itu Fathir tidak hanya tidak memerhatikan pelajaran PKn, tetapi semua pelajaran
yang masuk dihari itu. Setelah beberapa hari setelahnya, Fathir pun kembali
terkejut bahwa selama ini gadis yang sering dia tertawai bersama temannya
Ridwan yang selalu menempati meja guru itu tidak lain adalah Aidayanti sendiri.
Dan dia hanya bisa tersenyum bodoh memikirkan semua itu.
0 comments:
Post a Comment